orang pinggiran...

Selamat Datang Di Blog Orang Pinggiran, Dimana Keangkuhan Tak Kau Temukan Disini...

Kamis, 30 April 2009

Dari Jauh


Dari Jauh

Dari jauh, aku memandangmu
Lewat semua mata hatiku

Dari jauh, aku mengagumimu
Lewat semua kisah tentangmu

Dari jauh, aku mengkhayalkanmu
Tanpa peduli kata hatiku

Dari jauh, aku larut dalam suka citamu
Bagai bertemu air jernih dipadang tandus

Dari jauh, aku hanyut dalam dukamu
Bagi tersesat dalam mimpi buruk

Dari jauh, kukirim do'a untukmu
Do'a tulus, do'a tak bersyarat

Dari jauh, kulukis engkau dalam tidurku
Lewat beragam bunga tidurku

Dari jauh, aku titipkan hatiku padamu
Agar kau senantiasa setia padaku

Rabu, 14 Mei 2008

Dicekal..., dan terus dicekal...


"Dicekal..., dan terus dicekal...", tiba-tiba kata itu terlontar dari mulut seorang pemuda yang baru keluar dari sebuah ruangan kantor yang dipintunya tertulis "RAPAT". Wajahnya begitu terlihat jengkel, seakan ingin menumpahkan sesuatu namun tertahan. Pemuda itu bernama Bagas, seorang lelaki dengan tinggi sekitar 170cm, kulitnya sawo matang dengan rambut sebahu yang lurus. Tas daypack berwarna hitam terpanggul dipundaknya yang cukup tegap, ia adalah seorang jurnalis disebuah harian terkemuka dikota ini. "Ada apa sobat?", tanyaku sembari mendekatinya yang duduk bersandar ditembok. "Masa sih setiap harinya tulisanku dicekal, hanya karena aku menyoroti kebijakan dari pemerintah?", jawabnya dengan muka yang ketus. "Ternyata ia itu masalahnya", tanyaku kembali. "Siapa yang melakukan itu?, apa redaktur kamu?" tanyaku dengan cepat. Ia kemudian menoleh padaku dan berkata "siapa lagi...", ucapnya cuek. Inilah kejadian yang sering terjadi dikalangan jurnalis yang bertugas di lapangan, walau sang wartawan ini ingin menjadi seorang wartawan yang idealis, namun tak jarang termentahkan oleh sebuah kepentingan ditingkat elite. "yah..., begitulah nasib kita yang hanya sebagai bawahan sobat", ucapku dengan maksud untuk menghibur hatinya.
Orang-orang seperti Bagas tidaklah sendiri, sangatlah banyak bagas-bagas lain yang
merasakan hal serupa. Disatu sisi mereka di tuntut untuk profesional, namun disisi lain mereka tak berdaya berbuat apa-apa karena kebijakan atasan, yah sekali lagi ini adalah polemik yang tidak akan pernah usai selama dunia ini masih terus berputar. "Sobat orang kecil seperti kita hanya mempunyai cita-cita, dan harus terus bercita-cita. Sebab tanpa itu kita tak mungkin dapat bertahan dengan keyakinan lurus kita", ucapku memberinya motivasi. "thanks sobat...", jawabnya sambil menatap keatas.
Kutinggalkan Bagas dengan persoalannya, aku kemudian menemui seorang teman yang sedari tadi asyik memperhatikan sebuah kota elektronik yang memancarkan gambar Visual dan Suara. Ia asyik duduk di bangku kayu disebuah kantin kecil yang masih berada diareal kantor tersebut, didepannya terlihat segelas kopi susu yang sisa setengah dan disampingnya terletak sebungkus rokok yang berada dibibir meja kayu yang terbungkus plastik berwarna abu-abu. Pria itu bernama Rio, ia salah seorang jurnalis juga, namun ia bekerja pada salah satu media Elektronik nasional dinegri ini. " apa kabar bung, ada berita apa hari ini?", ucapku menegurnya yang lagi asyik menonton televisi. "yah..., biasa... demo lagi", jawabnya cuek. "begitulah jika banyak orang-orang tak puas dengan setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh sang penguasa", ucapku tak kalah cueknya. Rio dikalangan teman-teman dikenal cuek, tak terlalu mau ambil pusing dengan keadaan sekitarnya. Namun menurutku tidak demikian halnya, saya malah berpendapat kalau rio sudah bosan dengan segala macam bentuk perlawanan yang ia lakukan untuk mengkritisi berbagai kebijakan, baik itu kepada pemerintah maupun kepada institusinya sendiri. Ia sudah kenyang, makanya sekarang ia terkesan cuek, berbeda dengan Bagas yang masih berapi-api. Usia Bagas dan Rio memang cukup jauh, jika bagas usianya baru
23 tahun, Rio sudah berusia 34 tahun. Tentu dari segi kematangan usia Rio jauh lebih matang dibanding Bagas, mungkin inilah yang telah dirsakan Rio sehingga ia tak mau berkoar-koar lagi. Sebetulnya hal yang cukup memprihatinkan juga, jika semua jurnalis yang katanya adalah pilar keempat dalam proses pengawalan demokrasi dalam pembangunan bangsa ini, berbuat seperti itu. Namun sekali lagi Rio tentu mempunyai segudang alasan kenapa ia berbuat seperti itu, kita tak boleh menghakimi apalagi menuduh dia tidak idealis lagi.
Lama kuperhatikan rio yang masih saja memperhatikan televisi dengan serius, ia terlihat sama sekali tidak terusik dengan kehadiranku didekatnya. Walau sesekali kupancing dengan satu topik pembicaraan, namun ia hanya menjawab dengan cepat dan singkat. "apakah Rio memang betul-betul cuek yah orangnya?" tanyaku dalam hati, tiba-tiba mataku tertuju pada seorang pria yang asyik memainkan sebuah telepon genggam ditangannya. Aku kemudian beranjak dari tempatku duduk di kantin itu setelah pamit dengan rio menghampiri lelaki tadi, dari penampilan dan caranya bergaya ia termasuk orang yang cukup menjaga wibawa. "Assalamu alaikum..." ucapku menyapa, "waalaiku salam" pria tadi menjawab. "apa kabar kota kita hari ini?", mencoba bertanya padanya. "aman dan terkendalai brho..." jawabnya masih memainkan telepon genggamnya yang terbilang cukup elite, istilah yang biasa digunakan untuk barang yang berharga diatas rata-rata. Pria ini juga adalah seorang jurnalis, namun ia sudah cukup lama berkecimpung dalam dunia kewartawanan, berbeda dengan Bagas dan Rio. Ia terlihat tak ada masalah seperti yang dialami oleh rio apalagi yang dialami oleh bagas, tentu saja sebab ia adalah salah seorang penentu kebijakan dalam institusinya. Sudah menjadi rahasia umum dikalangan jurnalis dikota ini kalau Robi begitu ia biasa dipanggil, sangat dekat dengan kekuasaan. "Tapi betulkah itu?" tanyaku dalam hati, "kira-kira agenda pemerintah dalam tiga hari kedepan ini apa saja sobat?"tanyaku membuka perbincangan. "banyak juga sih" jawabnya, kemudian ia menjelaskan satu-persatu mulai dari hari ini, bahkan sampai sepekan kedepan, "hebat juga orang ini" ucapku dalam hati. Dia begitu hafal semua agenda dari pemerintah kota ini, "padahal sepengetahuan saya dia bukanlah wartwan yang posting di pemerintah Kota tapi kok dia hafal betul yah..?" tanyaku dalam hati. "Betulkah Robi segitu dekatnya dengan
kekuasaan, sehingga kebijakan-kebijakan yang ia keluarkan itu selalu sesuai keinginan dari sang penguasa?" tanyaku dalam hati dengan nada penasaran, sebab menurutku dia dulu pastilah mengerti dan paham bagaimana fungsi dari pers. Aku kemudian melanjutkan perbicangan dengan robi "waduh... kamu hebat brho, sudah seperti staf ahli pemkot saja" kusampaikan dengan tawa candaan dariku, yah dengan maksud tidak langsung menyinggung perasaannya, walaupun itu adlah hal yang kuinginkan. "ah...kamu bisa aja, jangan ngeledek gitu dong" ucapanya sambil tertawa kecil. Lama kami ngobrol sampai aku dikagetkan dengan suara lembut menyapaku "hai kak, apa kabar?" suara itu berasal dari belakangku dan aku sangat hafal pemilik suara itu. Dia adalah Ita seorang wartawati disalah satu media cetak dikota ini, wajahnya manis, perawakannya juga bagus dan ia terkenal begitu gamblang dalam menceritakan sesuatu, yah dia seusia bagas. "hei..., dinda manisku dari mana?" jawabku cepat. "biasa kak dari liputan...
"tawanya begitu sumringah padaku, "ada liputan apa dik?"tanyaku penasaran, "itu kak,
liputan seorang penderita penyakit TBC, yang askeskinnya di tolak di rumah sakit" jawabnya serius dengan raut muka yang agak ketus. "lho kok bisa, askeskinnya ditolak?"ucapku ingin mencari tahu, "katanya sih, kartunya sudah tidak berlaku lagi" lanjutnya "dan pada saat ia pertanyakan kepada RT setempat, dia bilang kalau di suruh menunggu sampai hari senin, soalnya kantor tutup hari sabtu" jawab gadis muda yang akrab di panggil Ita ini. "yah itulah repotnya kita disisni sebab semua serba birokrasi banget" jawabku dengan maksud memberi pengertian pada ita, maklumlah anak ini masih terlalu muda, semangatnya masih sangatlah berkobar-kobar. "saya akan buat berita ini menggigit kak, biar mereka tahu kalau menindas orang kecil itu tidak bagus"ucapnya dengan semangat yang begitu membara terpancar diwajahnya, "tapi tetap berimbangkan?" ucapku mengingatkan, "so pastilah kak, saya buat berita dulu kak" ucap ita sambil berlalu, "oke..., good luck yah" jawabku sambil mengangkat jempol padanya. Tiba-tiba robi yang sedari tadi diam disampingku nyeletuk "begitulah saya dulu, waktu masih baru-barunya jadi wartawan" katanya pasti. Sesaat sayua terdiam, mencoba menganalisa kata-kata itu dalam hati aku bertanya "maksudnya..." tapi tak sampai aku
keluarkan, aku hanya mengambil kesimpulan sendiri, jika robi yang dulu bukan lagi robi yang sekarang, entah beban apa yang ia rasakan saat ini tapi aku yakin itu sangatlah berat.
Begitulah mungkin sekelumit cerita tentang dunia jurnalis yang mungkin menurut orang
sangat enak, dekat dengan pejabat, akses kemana saja mudah dan sebagainya yang indah-indah. Namun wartawan juga manusia biasa, punya kelemahan, punya keterbatasan dan juga punya segudang masalah. Dia bisa menjadi malaikat juga bisa menjadi iblis yang sangat kejam, namun sekali lagi itu tergantung dari pribadi masing-masing wartawan itu. Wassalam...(dj)

NB: Tulisan ini hanya fiktif belaka, mohon maaf jika ada kesamaan nama, alamat dan tempat. Sesungguhnya itu bukanlah kesengajaan dari penulis.

Rabu, 07 Mei 2008

Dhi-jhe Slide Show!

Semua baru akan terasa berarti, ketika kita merasa kehilangan...

Kulihat binar dimatamu, namun semu.
Barisan indah gigimu seakan terpaksa kau perlihatkan.
Sudahlah!, jangan kau hadirkan ragamu di sini jika jiwamu jauh mengembara.
Tolong dengarkan aku, berhentilah untuk menyiksa dirimu.
Aku memang senang jika kau ada di sini.
Tapi itu tak cukup bisa tenangkan aku, jika kau hanya melamun saja.
Mendingan kau lupakan saja aku, sebab dengan sendirinya kau akan mengerti.
Jika semua baru akan terasa berarti, ketika kita telah kehilangan.
Ah…Sudahlah!, mari kita tidur saja dulu…

Memunafikkan Diri…


Tak ada lagi senyum yang akan temani aku.
Betapa tidak, kini kau telah berikan dia senyum indah.
Cintamu milik dia yang pernah isi hatimu.
Jenuhkah kamu Dalam kesendirian…?

Kita memang berbeda, aku tahu itu.
Terkadang indra penglihatku kuabaikan.
Itu karena sungginganmu, dan aku tak jarang pingsan.
Tak berartikah semua ini untukmu…?

Semua memang tak abadi, aku sangat mengerti itu.
Tapi tak bisakah sesaat saja kita menyatu.
Menyatukan yang menjadi ingin kita bersama.
Tidakkah ini terlalu munafik kubilang…?

Ya…ya…ya… kau bohong selama ini,
Kau dusta dengan kata-katamu.
Kau ingkar dengan tingkah dan perasaanmu.
Tak salahkan?, jika aku kemasi koporku dan meninggalkan hatimu…?.

Senin, 05 Mei 2008

Perut Keroncongan membawa nikmat...


Subuh itu aku masih terjaga, sedari tadi aku coba memejamkan mataku namun..., aku masih belum terlelap dalam tidur "Kenapa aku ini" tanyaku dalam hati. Sesaat aku berpikir kenapa aku belum juga bisa tertidur, sementara teman-temanku yang lain ada yang sudah mengigau, bahkan ada yang membuat telingaku tak bisa tenang akibat suara dengkuran yang sama sekali tak berirama, aduh ini mungkin karena perut ini yang dari tadi keroncongan. "Ada-ada saja" umpatku dalam hati, "kenapa tidak bisa tunggu besok saja baru lapar" aku masih mengumpat dalam hati. Aku bangkit dari tempatku merebahkan diri, aku keluar dari ruangan yang bertuliskan Media Centre, dimana para penggiat informasi biasanya berkumpul. "Mau kemana?" suara itu sedikit mengagetkan aku, "Cari makan de ka'" dengan logat makassar, kuajak seorang seprofesi yang kebetulan adalah seniorku dikampus.
Kamipun berdua bergegas meninggalkan tempat dimana kami banyak menghabiskan waktu bersama, setelah keliling beberapa lama mencari warung makan, akhirnya kami menemukan warung yang masih buka di dini hari ini. Setelah Beberapa saat kami menunggu hidangan makanan yang kami pesan, tiba-tiba saya mendengar suara kendaraan yang kutahu itu adalah suara sebuah mobil yang singgah, saya kemudian membalikkan badan bermaksud melihat siapa yang dini hari seperti ini ingin mengisi perut. Kulihat seorang lelaki berbadan tegap yang tidak asing bagiku, "selamat pagi partner..." orang itu menyapaku, dia adalah seorang teman yang tadi juga kami bersama-sama disuatu tempat. "selamat pagi kawan..." jawabku membalas. Kemudian aku sedikit kaget setelah tak lama berselang dibelakang teman tadi ada seorang wanita ikut masuk, wajahnya begitu polos, aku kemudian berani manafsir umur gadis itu masih belasan.
Aku kemudian mempersilahkan mereka berdua untuk duduk didekatku, membuka awal perbincangan, aku kemudian bertanya kepada temanku itu "ini siapa" sambil menunjuk kearah gadis tersebut. "adik sepupu, tadi waktu saya mau pulang dia pesan makanan" lanjut temanku "tapi saya lupa, jadi sekalianmi saya antar cari warung yang masih buka" jawab temanku dengan nada jujur menurutku.
Setelah menghabiskan makananku, akupun bertanya iseng pada gadis yang belakangan kutahu bernama yeni. "adeknya betulki rio?" tanyaku memperjelas status cewek itu. "iya ka'" jawabnya dengan suara yang begitu lembut, "lembutnya ini anak" jawabku dalam hati. Lama kami mengobrol didalam warung itu, sebab mereka berdua baru memesan makanan. Tak lama pesanan mereka berduapun datang, "mari makan ka'" ajak yeni kepada kami berdua yang sudah sedari tadi selesai makan, "Silahkan de'" jawabku pendek.
Aku kemudian bertanya "masih sekolah yah de'" sambil menghisap rokok disela jariku, "iya ka', sekarang sudah kelas tiga smu" jawabnya. "oO..." jawabku bagai orang yang sangat mengerti. Lama kami mengobrol, sampai kepada rutinitas sehari-hari tak luput dari bahan obrolan. Tak lama, temanku tadi kemudian berdiri pamit kekamar kecil, cepat-cepat kugunakan kesempatan ini untuk meminta nomer kontak yeni "ada nomer Hp-nya de'" dengan sikap buru-buru, "ada ka', kenapa?" jawabnya lembut, "boleh minta nomernya ga'?" masih dengan nada terburu-buru, "boleh" jawabnya singkat, "berapa de'" kali ini sangat terburu-buru, maklum hanya ada sedikit kesempatan sebelum kakak sepupunya kembali dari kamar kecil. "081355xxxxxx"ucapnya dengan nada pasti, "thanks yah, ga' apa-apa kan kalau kapan-kapan aku nelpon" ucapku, entah mengapa aku subuh ini begitu berani berhadapan dengan wanita yang tidak kukenal. "boleh saja ka'" jawabnya.
Kulihat kakak sepupunya mendekati kasir lalu tak lama kemudian dia berkata "sudah saya bayar partner" berbicara kearahku. "waduh...kenapa repot-repot partner" jawabku. Rio kemudian mendekatiku dan pamit duluan, "oke, saya duluan part..." sambil memberi isyarat kepada yeni untuk bergegas, "oke..., thanks part.." jawabku singkat, namun mataku mengarah kepada yeni, sesaat dia pamit "mari ka'" sambil tersenyum manis. "iya de' hati-hati yah..." jawabku.
Perjalanan pulang diatas sepeda motor aku tak habis pikir, aku kemudian berkata kepada seniorku "mimpi apa tadi malam ka'?, sudah ditraktir, ketemu cewek cantik, dapat nomer telpon lagi" ucapku sambil senyum-senyum, seniorku hanya bisa tersenyum melihatku.
Keesokan malamnya, sekitar pukul 9 malam aku mencet-mencet Hp-ku tiba-tiba aku kaget melihat sebuah nama. Aku ingat itu adalah nomer milik gadis yang kutemui subuh tadi, "coba-coba nelpon deh..." ucapku dalam hati. Tak lama terdengar nada tunggu yang terdengar sangat jauh diseberang sana, kemudian kudengar di handphoneku nada tut...tut...tut... suara telpon yang tidak diangkat, kucoba untuk kedua kali menghubungi nomer itu, masih seperti tadi terdengar nada tunggu yang spertinya sangat jauh disebrang, "halo siapa ini?" suara dari seberang yang sangat lembut tiba-tiba membuyarkan konsentrasiku, "ini dengan kakak yang subuh tadi ketemu diwarung makan" jawabku menjelaskan dengan harapan dia segera kenal, "oO...kita yah ka'" jawabnya mengerti "kenapa ka'?" ucapnya, "tidak apa-apa kok, cuma pastikan saja kalo ini betul nomer milik ade'" jawabku basa-basi, "lagi ngapain de'" masih dengan pertanyaan basa-basi, "ini ka' lagi nonton dengan sepupu" ucapnya singkat, memang diseberang sana terdengar suara yang begitu ramai. "kakak tidak mengganggu kan?" ucapku, "sama sekali tidak ka'" jawabnya dengan nada ikhlas, kulanjutkan pertanyaanku "eh...rio itu benar kakak sepupunya yah?" ucapku dengan nada sedikit seperti menginterogasi "iya, kenapa?" jawabnya dengan nada sedikit heran sepertinya, "tidak apa-apa kok, kakak cuman nanya aja, emang ga' boleh?" tanyaku padanya, "boleh kok" belum lagi kusempat bertanya, dia kemudian lanjut bicara "kak, sebenarnya tadi subuh itu saya mau kenalan ama kakak, cuman saya malu ka'" ucapnya polos, oO...iya aku baru sadar kalau aku belum kenalkan namaku subuh tadi, "kenapa mesti malu yen..." jawabku, "lho kakak kok tahu namaku?" jawabnya dengan nada heran, "tidak susah kok untuk cari tau nama seorang wanita cantik" jawabku dengan tertawa kecil "bissanya itu..." jawabnya singkat, dan aku yakin kalau saat itu pipinya yang putih itu sedikit memerah, mendapat pujian dariku, dan jujur dia memang cantik menurutku.
Tak lama suara Hp-ku seperti ada yang menghubungi, setelah kulihat tertulis dimonitor kecil Hp-ku Kantor memanggil, aku kemudian cepat-cepat memberitahu kalau saya akan terima telpon dulu, "de' lain kali saya nelpon lagi yah, soalnya ada telpon masuk" ucapku buru-buru, "iya ka'" jawabnya singkat, namun sebelum dia menutup telponnya aku bertanya pada dia "kapan kita bisa ketemuan de'" ucapku, "besok sore juga bisa ka'" jawbnya, "dimana" ucapku lagi, "terserah kakak aja" jawabnya polos, "oke besok aku hubungi yah?" ucapku, "Iya ka', saya tunggu" jawabnya sebelum dia matikan telponnya.
Singkat cerita aku sudah dua kali jalan bersama, dia anaknya asyik, nyambung, dewasa dalam berpikir walau usianya baru 17 belas tahun. Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan dan perutku, betapa tidak, seandainya malam itu bukan menjadi keinginan Tuhan dan perutku tidak keroncongan mana mungkin aku bertemu dia, yang sekarang adalah teman jalanku, teman berbagi suka, teman diskusi, dan selalu mengigatkan aku tentang banyak hal. Wassalam....

Selasa, 29 April 2008


FALSKOGRAFI
Sumber: koleksi pribadi

ALBUM - ALBUM " IWAN FALS "

Yang Muda Yang Bercanda I – dalam lagu dan baca (1980)
Album ini diedarkan oleh LHI (Lembaga Humor Indonesia) dibawah bendera ABC records. Ini adalah album yang diisi rekaman live pemenang lomba musik dan baca humor yang diadakan oleh LHI. Pengisinya adalah GM selo, Thomb Tum [komar cs], PSP, Kwartet S (surabaya). Meskipun Iwan Fals juga menjadi pemenang lomba musik humor, namun dalam album ini dia belum ditampilkan.
Album ini sangat langka dan sepertinya sudah tidak ada lagi dipasaran.

Yang Muda Yang Bercanda II – dalam lagu dan baca (1980)
Ini merupakan sambungan dari jilid pertama yang merupakan satu kesatuan, isinya masih sama yaitu rekaman live peserta lomba musik dan baca humor yang diadakan oleh LHI. Artis pendukung yang tertulis dalam sampul album ini antara lain Klombhoor’s Group, Tom Slepe, “IWAN FALSE” (begitulah nama yang dipakai Iwan Fals pada album ini), Yusuf Lubis, dan mc Otong Lenon. Iwan Fals disini menyanyikan lagu antara lain ‘Frustasi’ dan ‘Imitasi’ versi live sama persis dengan rekaman yang sekarang beredar dalam album Frustasi kopian baru.
Album ini tidak terlalu dikenal karena pada saat itu hanya beredar terbatas dan kurang promosi.

Canda Dalam Nada (1979)
Sesuai dengan janjinya, pemenang lomba musik humor akan dibuatkan album sendiri. LHI bersama ABC records menerbitkan album solo ini dari rekaman live pada acara lomba. Pada album ini nama Iwan Fals dirubah, kalau sebelumnya memakai nama ‘Iwan False’, diganti menjadi ‘IWAN FALES’. Pada side A berisi lagu-lagu Iwan Fals seperti ‘Generasi Frustasi’, ‘Dongeng Tidur’, ‘Imitasi’, ‘Kisah Motorku’ dan ‘Johni Kesiangan’. Pada side B diisi dengan lagu ‘Pengamen’ dan ‘Jaman Edan’ dari Tom Slepe juga lagu ‘Pie-Pie’ serta ‘Disco Cangkeling’ dari Pusaka Jaya.
Penjualan album ini sangat kecil , karena pada saat itu dianggap album rendahan yang disetarakan dengan album-album dangdut.

Canda Dalam Ronda (1979)
Dan pada album inilah debut Iwan Fals dimulai. Masih bersama ABC records, Iwan diberikan sebuah album penghargaan karena dia telah memenangi lomba musik humor. Album ini hanya berisi 4 buah lagu yang diambil dari album Canda Dalam Nada yang semuanya dinyanyikan oleh Iwan Fals dan dibantu GM Selo (Gerak Musik Seloroh) juara lomba lawak mahasiswa yang anggotanya adalah Pepeng, Krisna Abu, Bang Nana, Mas Taufik. Nama Iwan Fals disini ditulis dengan ejaan "Iwan Fales". Dan cover album ini yang berupa karikatur digambar oleh Dwi Koen seorang kartunis yang terkenal dengan tokoh karikatur Panji Koming. Semua debut Iwan Fals bersama ABC records tidak lepas dari peran Arwah Setiawan.

Album ini berisi lagu-lagu yaitu 'Dongeng Tidur', 'Kopral', 'Ambulan Zig-Zag' dan 'Joni Kesiangan'.


Perjalanan (Kelompok Amburadul) (1979)
Bersama grup bandnya yang bernama Amburadul, dapat dikatakan ini adalah album pertama Iwan Fals, seluruhnya berisi lagu baru dengan single hits lagu ‘Perjalanan’. Album ini dikerjakan dengan profesional. Aroma Bob Dylan sangat kental disini ditambah dengan suara Iwan yang ‘nyempreng’ dan irama country ballads sangat sesuai dengan lirik yang sangat sosial. Pada album ini nama Helmie dan Totok Gunarto bernyanyi pada beberapa lagu seperti Alasan, Ibu, Gaya Travolta dan Inspirasi. Namun sayangnya album ini dapat dibilang gagal dipasaran. Album ini adalah lanjutan dari kontrak dengan LHI untuk mengorbitkan pemenang lomba musik humor. ABC records rupanya masih ragu-ragu mengorbitkan Iwan Fals yang menyanyikan lagu dengan lirik sosial, karena pada saat itu yang memiliki nilai jual tinggi adalah lagu-lagu yang bernuansa cinta.

Lagu-lagu dalam album ini adalah 'Perjalanan', 'Aku Berjalan', 'Pemborong Jalan', 'Mak', 'Wanita Tiruan', 'Bencana Alam', 'Alasan', 'Inspirasi', 'Gaya Travolta', 'Ibu'

3 Bulan (1980)
Album ini berisi lagu baru yaitu '3 Bulan' dinyanyikan oleh Iwan Fals, 'Tengkulak' oleh Totok Gunarto, 'Model Gombrang' juga oleh Totok Gunarto dan 'Surat Dari Paman Di Desa' oleh Helmie. Selebihnya diisi lagu-lagu dari album 'Perjalanan'

Sarjana Muda (1981)
Album ini dapat dibilang adalah awal karir Iwan Fals di dunia musik profesional Indonesia. Setelah kontrak dengan ABC records selesai, Musica rupanya mencium bakat Iwan yang dapat dikembangkan, lantas Musica meneken kontrak dengan Iwan Fals. Album perdana Iwan Fals bersama Musica Studio’s benar-benar dikerjakan secara serius. Lihat saja musisi pendukungnya bukan orang sembarangan. Music director dikerjakan oleh Willy Soemantri, didukung oleh Amir Katamsi, Luluk Purwanto dan yang hebat lagi Idris Sardi menjadi bintang tamu mengisi suara biola pada lagu ‘Guru Oemar Bakrie’. Begitu beredar, album ini langsung menjadi pembicaraan. Masyarakat Indonesia yang pada saat itu kenyang disuguhi lagu dengan nuansa cinta mungkin kaget mendengar lirik lagu Iwan Fals yang bernuansa sosial yang sangat mewakili kehidupan masyarakat saat itu. Tak lama kemudian album ini meledak dipasaran, hampir seluruh stasiun radio menjadikan lagu ‘Guru Oemar Bakrie’ pada puncak tanggal lagu mereka. Album ini menjadi titik awal perubahan warna musik Indonesia.
Lagu yang ada pada album ini adalah ‘Sarjana Muda’, ‘Guru Oemar Bakrie’, ‘Bung Hatta’, ‘Doa Pengobral Dosa’, ‘Si Tua Sais Pedati’, ‘Ambulance Zig Zag’, ‘22 Januari’, ‘Puing’, ‘Yang Terlupakan’, ‘Bangunlah Putra Putri Pertiwi’.

Opini (1982)
Melanjutkan sukses album pertama dibawah bendera Musica, album ini juga meraup untung besar. Dengan musisi pendukung yang hampir sama, album ini menjadi lebih ‘nakal’ liriknya. Lagu ‘Galang Rambu Anarki’ menyentuh emosi pendengarnya, rupanya Iwan Fals pandai mengambil momen kenaikan harga BBM yang dianggap tinggi saat itu bersamaan dengan kelahiran anak pertamanya menyebabkan harga-harga menjadi melonjak. Keadaan seperti ini sangat mewakili emosi masyarakat saat itu, sehingga begitu album ini beredar langsung meledak. Pantas saja, karena hanya Iwan Fals yang memiliki keberanian menyuarakan protes secara vulgar melalui lagu pada saat itu. Ada lagi lagu ‘Obat Awet Muda’ yang liriknya gamblang menceritakan perselingkuhan membuat panas telinga hidung belang, juga lagu ‘Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu’ yang sebenarnya lagu cinta, namun oleh sebagian orang diartikan sebagai suatu penghinaan secara halus terhadap penguasa saat itu. Kontroversi tersebut semakin membuat laku penjualan album ini
Sejak album ini beredar, konon Iwan Fals mulai diawasi dengan pemerintah saat itu (Soeharto). Dan konon Iwan Fals sering didatangi oknum yang mengintimidasinya.
Lagu-lagu pada album ini adalah ‘Galang Rambu Anarki’, ‘Obat Awet Muda’, ‘Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu’, ‘Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi’, ‘Sapuku Sapumu Sapu Sapu’, ‘Opiniku’, ‘Ambisi’, ‘Tak Biru Lagi Lautku’, ‘Tarmijah Dan Problemnya’.

Sumbang (1983)
Ian Antono dan Abadi Soesman menjadi musisi pendukung dalam album ini, menjadikan warna baru dalam lagu-lagu Iwan Fals. Lirik lagu Iwan sedikit melunak dan lebih banyak kearah percintaan namun tetap dalam lirik yang gamblang. Hanya lagu ‘Sumbang’ yang lebih keras lirik protesnya. Sepertinya Iwan Fals memprotes tekanan pada dirinya setelah peredaran album ‘Opini’. Lagu ini benar-benar lagu pemberontakan jiwa Iwan yang disajikan dengan lirik vulgar dan panas. Musik yang ada sedikit ‘dangdut’ nya cepat diterima pendengar dan mudah diingat. Dan ada lagu ‘Celoteh Camar Tolol Dan Cemar’ yang menceritakan tenggelamnya kapal penumpang Tampomas II. Ada kesalahan cetak dalam album ini yaitu lagu “Jendela Kelas I’, seharusnya judul hanya Jendela Kelas namun ketambahan angka I (satu), maksudnya angka I (satu) tersebut adalah editing pertama.
Dan lagi-lagi album ini menjadi kontroversi, dan Iwan tetap saja diawasi dengan pemerintah.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Sumbang’, ‘Kereta Tiba Pukul Berapa’, ‘Semoga Kau Tak Tuli Tuhan’, ‘Puing’, ‘Jendela Kelas I’, ‘Berikan Pijar Matahari’, ‘Siang Pelataran SD Sebuah Kampung’, ‘Asmara Tak Secengeng Yang Aku Kira’, ‘Celoteh Camar Tolol Dan Cemar’.

Sugali (1984)
Lagu ‘Sugali’ menjadi hits, dikerjakan bersama Chilung Ramali, menceritakan tentang preman yang menjadi target sasaran petrus (penembak misterius) yang marak pada dekade 80-an. Tetapi yang menjadi persoalan pada album ini yaitu adanya lagu ‘Serdadu’ yang isinya bercerita tentang prajurit yang kurang diperhatikan kesejahteraannya, yang gajinya dipotong oleh komandannya. Lirik lagu ini mendapat perhatian oleh banyak petinggi ABRI (saat itu, sekarang TNI) dan dianggap suatu pelecehan, namun kurang diekspos, mungkin mereka takut terbuka kebenarannya.
Isi album ini adalah ‘Sugali’, ‘Rindu Tebal’, ‘Siang Seberang Istana’, ‘Serdadu’, ‘Nak’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘Maaf Cintaku’, ‘Tolong Dengar Tuhan’, ‘Azan Subuh Masih Ditelinga’.

Barang Antik (1984)
Bersama music director Willy Soemantri, Iwan membuka diri menerima karya orang lain untuk dinyanyikan. Hanya lagu ‘Jangan Bicara’ yang diciptakan oleh Iwan Fals. Selebihnya diciptakan oleh Diat, Yoesyono, Chilung Ramali, Jaya Susanto, Dama, Richard Kyoto, Tommy dan Marie, Willy dan Tommy. Lagu ‘Barang Antik’ bercerita tentang angkutan tua (oplet) yang tergusur dengan angkutan lain seperti bis, mikrolet dan bajaj namun tetap beroperasi dipinggiran kota. Lagu ‘Jangan Bicara’ menjadi kontroversi karena liriknya yang terlalu pedas bagi sebagian orang. Tetapi masalah itu lagi-lagi tidak terekspos, inilah pandainya pemerintahan saat itu yang rapi menutupi kesalahan agar tidak banyak orang memahami. Dan hasilnya konon Iwan mendapat teguran keras dari pemerintah agar tidak menerbitkan karya yang menyinggung politik.
Lagu-lagu pada album ini ‘Barang Antik’, ‘Kumenanti Seorang Kekasih’, ‘Sunatan Masal’, ‘Jangan Bicara’, ‘Asmara Dan Pancaroba’, ‘Tante Lisa’, ‘Salah Siapa’, ‘Nyanyianmu’, ‘Jalan Yang Panjang Berliku’, ‘Neraka Yang Asyik’.

Sore Tugu Pancoran (1985)
Masih bersama Willy Soemantri, album ini meledak dipasaran. Karena muncul bersamaan dengan film yang dibintangi Iwan Fals dengan judul ‘Damai Kami Sepanjang Hari’. Film ini bercerita tentang kehidupan pengamen yang menjadi sukses rekaman dan diisi dengan lagu-lagu Iwan. Kurang lebih menceritakan kehidupan sesungguhnya Iwan Fals meskipun ada bumbu-bumbu pemanis sedikit. Album ini secara tidak langsung dapat dikatakan menjadi soundtrack film tersebut. Album ini seperti menjadi jawaban Iwan terhadap teguran pemerintah, lirik dalam album ini biasa-biasa saja, tidak begitu menggigit seperti album terdahulu. Lebih banyak pada unsur komersil seperti percintaan, namun itulah yang laku. Rupanya Musica ingin mengimbangi pasar yang saat itu memang sedang demam percintaan. Ada lagu yang sedikit ‘nakal’ namun hanya dirasakan sedikit orang yaitu lagu ‘Ujung Aspal Pondok Gede’ yang berkisah tentang penggusuran. ‘Sore Tugu Pancoran’ bercerita tentang anak sekolah yang menjadi penjual koran. Jadi hanya menyentuh sedikit kalangan. Tetapi lagu percintaan-lah yang menjadi hits di radio-radio seperti lagu ‘Yang Tersendiri’ karya Tommy dan Marie.
Lagu-lagunya adalah ‘Sore Tugu Pancoran’, ‘Aku Antarkan’, ‘Ujung Aspal Pondok Gede’, ‘Tince Sukarti Binti Machmud’, ‘Yang Tersendiri’, ‘Angan dan Ingin’, ‘Berapa’, ‘Damai Kami Sepanjang Hari’, ‘Intermezo’, ‘Cik’.

(KPJ) Kelompok Penyanyi Jalanan (1985)
Album ini dapat dibilang bagi-bagi rezeki antara Iwan Fals dengan kawan-kawannya sesama pengamen yang tergabung dalam Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ). Dengan menggunakan nama Iwan Fals yang sudah terkenal, KPJ membuat album ini didukung oleh Herry Lintauw, Anto Baret, Swartato, Eko Partiteur. Iwan sendiri hanya bernyanyi penuh pada lagu ‘Kembang Pete’, ‘Kupaksa Untuk Melangkah’, dan ‘Dua Menit Sepuluh Detik’. Sawung Jabo turut berpartisipasi dalam lagu ‘Penari Jalanan’.
Lagu yang ada pada album ini adalah ‘Kembang Pete’, ‘Kupaksa Untuk Melangkah’, ‘Senandung Istri Bromocorah’, ‘Kaum Urbanis’, ‘Krisis Pemuda’, ‘Serenade’, ‘Sumbang’, ‘Warijem Dan Tukiman’, ‘Penari Jalanan’, ‘Dua Menit Sepuluh Detik’.

Ethiopia (1986)
Diilhami dari bencana kelaparan di Ethiopia, album ini cukup laris dipasaran karena peredarannya sangat pas dengan momen tersebut. Ada lagu ‘Willy’ yang bercerita tentang sahabat Iwan yaitu WS.Rendra yang kabarnya mengasingkan diri karena dicekal oleh pemerintah sebab puisi-puisinya yang keras. Lagu ‘Tikus-Tikus Kantor’ yang liriknya menarik dan lucu sangat sesuai dengan kenyataan. Dan lagu ’14-4-84’, konon lagu ini sempat dilarang dinyanyikan oleh aparat kepolisian saat Iwan konser di Sumatera, terjadi perdebatan namun tetap dilarang dinyanyikan dengan alasan yang tidak jelas. Kalau diperhatikan lirik lagu ini hanya bercerita tentang cinta dan bangganya Iwan kepada istri dan anaknya. Sampai sekarang alasan pelarangan itu tidak jelas dan tidak masuk akal.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Ethiopia’, ‘Sebelum Kau Bosan’, ‘Tikus Tikus Kantor’, ‘14-4-84’, ‘Willy’, ‘Entah’, ‘Kontrasmu Bisu’, ‘Berandal Malam Di Bangku Terminal’, ‘Lonteku’, ‘Bunga Bunga Kumbang Kumbang’.

Aku Sayang Kamu (1986)
Album ini meledak dipasaran karena lagu ‘Aku Sayang Kamu’ yang cocok dengan remaja yang sedang kasmaran, dan saat itu lagu-lagu cinta banyak yang ‘cengeng’, Iwan menciptakan lagu cinta dengan musik gembira dan lirik gamblang. Musik directornya Bagoes A.A., lagu-lagunya begitu nge-pop. Selama beberapa bulan lagu ini menduduki puncak tanggal lagu di radio-radio. Pada album ini sebenarnya sudah siap untuk dimasukkan lagu yang berjudul Anissa. Tetapi entah mengapa lagu yang berkisah tentang istri Iwan Fals yang sedang mengandung anak keduanya tidak jadi ditampilkan. Kemungkinan adalah begitu gamblangnya kata-kata pada lirik lagu ini yang cukup keras. Pada sampul album ini pada bagian penata musik, judul lagu Anissa tertera disana.

Isinya adalah ‘Aku Sayang Kamu’, ‘Gali Gongli’, ‘Timur Tengah I’, ‘Jangan Tutup Dirimu’, ‘Selamat Tinggal Malam’, ‘Ya Hui Ha He Ha’, ‘Yayaya Oh Ya’, ‘Lho’, ‘Timur Tengah II’, ‘Kota’.

Lancar (1987)
Album ini dikerjakan Iwan bersama sahabat lamanya yaitu Dama Gaok dan Maman Piul. Hits ‘Lancar’, ‘Kereta Tua’ dan ‘Nenekku Okem’ memiliki irama country khas Iwan. Pada lagu ‘Yakinlah’ Iwan berduet dengan Elly Sunarya.
Lagu-lagu pada album ini adalah ‘Lancar’, ‘Kuli Jalan’, ‘Kereta Tua’, ‘Columbia’, ‘Yakinlah’, ‘Kota’, ‘Sentuhan’, ‘Cantik Munafik’, ‘Nelayan’, ‘Nenekku Okem’.

Wakil Rakyat (1987)
Album yang musiknya digarap Bagoes A.A. ini meledak dipasaran menjelang pemilu dan menimbulkan kontroversi yang hebat. Iwan kembali membangkang setelah sekian album melunak kembali dia menjadi ‘nakal’. Lagu ‘Wakil Rakyat’ yang mengisahkan wakil rakyat yang suka tidur waktu rapat ditanggapi sinis oleh penguasa. Lagu ini bahkan sempat di cekal tidak boleh ditayangkan di televisi karena dianggap mengganggu stabilitas politik. Namun Iwan dan Musica tidak kurang senjata, hits ‘Mata Indah Bola Pingpong’ menjadi cadangan yang tidak kalah larisnya. Radio-radio meletakkan lagu ini pada puncak tangga lagu Indonesia selama beberapa bulan. Juga ada lagu ‘Potret Panen’ yang berkisah tentang bencana hama wereng yang menghabiskan panenan padi petani.
Lagu-lagunya adalah ‘Mata Indah Bola Pingpong’, ‘Surat Buat Wakil Rakyat’, ‘Teman Kawanku Punya Teman’, ‘Emak’, ‘Potret Panen Mimpi Wereng’, ‘Diet’, ‘Libur Kecil Kaum Kusam’, ‘Dimana’, ‘Guru Zirah’, ‘PHK’.

Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu
Tidak ada lagu baru di album ini. Hanya lagu lama yang dinyanyikan ulang yaitu lagu ‘Antara Kau Aku Dan Bekas Pacarmu’, ‘Yang Tersendiri’, ‘Sebelum Kau Bosan’ dan ‘Aku Antarkan’. Selebihnya hanya lagu lama dan single ‘Kemesraan’ karya Franky S versi keroyokan dengan artis-artis Musica diikutkan dalam album ini. Music directornya Bagoes A.A. Pada album ini suara Iwan lebih berat dan tidak ‘nyempreng’ seperti sebelumnya. Disini Iwan mulai mengalami perubahan gaya vokal dan musik. Lagu ‘Antara Kau Aku Dan Bekas Pacarmu’ mencetak hits, karena versi baru ini terus terang lebih enak didengar.
Lagu-lagunya adalah ‘Antara Kau Aku Dan Bekas Pacarmu’, ‘Yang Tersendiri’, ‘Sebelum Kau Bosan’, ‘Jalan Yang Panjang Berliku’, ‘Jangan Tutup Dirimu’, ‘Kemesraan’, ‘Nyanyianmu’, ‘Maaf Cintaku’, ‘Entah’, ‘Aku Antarkan’.

1910 (1988)
Kedekatan Iwan Fals dengan Ian Antono semakin akrab pada album ini. Iwan mempercayakan Ian menjadi music director, seketika warna musik Iwan berubah menjadi lebih nge-rock dan garang. Lagu ‘1910’ yang menceritakan tentang kecelakaan kereta api di Bintaro pada tanggal 19 Oktober dibawakan Iwan dengan gaya bernyanyi yang tidak seperti biasanya. Iwan seperti mendapat atmosfir baru pada lagu-lagunya yang lebih terkesan dewasa. Album ini mendapat sambutan positif. Beberapa lagunya meledak dan album ini mencatat penjualan yang besar. Lagu ‘Buku Ini Aku Pinjam’ yang ternyata ‘titipan’ produser kepada Iwan agar dibuatkan lagu untuk remaja, dan kabarnya Iwan sebenarnya enggan dan terpaksa menulis lagu ini hanya untuk menyenangkan produser ternyata meledak luar biasa. Posisi teratas tangga lagu tidak tergeser selama beberapa bulan di radio-radio, membuktikan bahwa Iwan memiliki nilai jual yang tinggi. Lagu lainnya seperti ‘Ibu’ dan ‘Pesawat Tempurku’ juga sempat menduduki top 10 tangga lagu Indonesia.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Buku Ini Aku Pinjam’, ‘Ada Lagi Yang Mati’, ‘Ibu’, ‘Mimpi Yang Terbeli’, ‘Balada Orang-Orang Pedalaman’, ‘Nak’, ‘Semoga Saja Kau Benar’, ‘Engkau Tetap Sahabatku’, ‘Pesawat Tempurku’, ‘1910’.

Mata Dewa (1989)
Album ini adalah gebrakan terbesar sepanjang sejarah musik Iwan Fals. Setiawan Djodi selaku pemilik Airo Records tertarik dengan kolaborasi Iwan dan Ian Antono pada album 1910. Dia mengajak Iwan dan Ian bergabung dibawah bendera perusahaan rekamannya untuk membuat album Mata Dewa. Kebetulan kontrak Iwan dengan Musica sudah berahir.
Album ini dikerjakan dengan sangat profesional didukung teknologi yang canggih. Hasilnya, luar biasa, meledak dipasaran. Vokal Iwan menjadi lebih nge-rock, musiknya kental dengan nuansa rock – ballads.
Sebenarnya pada album ini sebagian adalah lagu lama yang di aransmen ulang dengan gaya vokal Iwan yang berbeda. Lagu ‘Mata Dewa’ menjadi hits, pada lagu ini Setiawan Djodi ikut menjadi backing vokal, lagu ‘Nona’, ‘Air Mata Api’, hebat. Lagu lama yang di aransmen ulang adalah ‘Puing’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘PHK’, ‘Bakar (atau Timur Tengah II)’, dikerjakan dengan serius dan bermutu. Lagu lama yang menjadi super hits di album ini adalah lagu ‘Yang Terlupakan’.
Setiawan Djodi menghabiskan banyak dana untuk album ini karena ternyata dia memang salah satu fans berat Iwan Fals. Dan hasilnya tidak sia-sia.
Yang mengecewakan adalah, agenda promosi album dengan melakukan tur 100 kota di Indonesia tiba-tiba dibatalkan oleh kepolisian dengan alasan keamanan, karena konser tunggal Iwan sebelumnya selalu berbuntut kerusuhan. Padahal izin sudah dipegang dan alat-alat sudah dikirim ke lokasi konser, persiapan sudah matang tinggal show saja.
Lobi-lobi dilakukan oleh Setiawan Djodi yang dikenal dekat dengan penguasa tetap mental. Kabarnya penguasa saat itu tidak mau nama besar Iwan Fals semakin berkibar dengan dukungan finansial yang luar biasa dari Djodi. Ahirnya konser tetap batal dan semua menerima dengan berat hati. Iwan sendiri setelah kejadian ini menjadi ngambek dan hampir putus asa tidak mau bernyanyi lagi.
Lagu dalam album ini adalah ‘Mata Dewa’, ‘PHK’, ‘Nona’, ‘Air Mata Api’, ‘Bakar’, ‘Puing’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘Yang Terlupakan’, ‘Perempuan Malam’, ‘Pinggiran Kota Besar’.

SWAMI (1989)
Setelah pelarangan konser 100 kota, diam-diam Setiawan Djody mempersiapkan proyek ‘rahasia’. Djodi membentuk sebuah grup band yang bernama Swami dengan Iwan Fals sebagai vokalisnya. Didukung oleh musisi top seperti Sawung Jabo, Naniel, Innisisri, album ini dikerjakan dengan serius dan matang. Tanpa banyak gembar gembor, album ini diluncurkan. Pada sampul album ini nama Iwan Fals dicantumkan diatas nama Swami, rupanya Djodi merasa tanpa nama Iwan album tidak akan dilirik. Hasilnya, orang penasaran membeli album karena ada nama Iwan Fals bukan karena nama Swami yang tidak dikenal sama sekali. Album ini secara tiba-tiba meledak dipasaran, angka penjualannya sangat tinggi, konon mencapai 800 ribu kopi dalam sebulan padahal tanpa promosi besar-besaran. Ternyata yang menyebabkan laku keras adalah nama Iwan Fals dan lagu yang dibawakan yaitu ‘Bento’ dan ‘Bongkar’. Lagu ini sangat keras dan menikam liriknya. Sebentar saja lagu ‘Bento’ menjadi ‘trade mark’ Iwan Fals. Dimana ada Iwan disitu ada ‘Bento’, penjualan kaus, poster dan segala pernak-pernik bertuliskan Iwan, Swami, Bento laku keras di kaki-kaki lima. Sampai sekarangpun siapa yang tidak tahu lagu ‘Bento’ dan mendengar kata ‘Bento’ pasti identik dengan Iwan Fals. Hal yang tidak disangka oleh Djodi dan kawan-kawan. Bagi Iwan sendiri bisa dibilang ini adalah puncak kejayaan karir bermusiknya. Tetapi selalu saja ada kerikil yang menghadang, penguasa rupanya agak panas telinganya mendengar lagu Bento yang katanya sih dianggap menghina Tommy Soeharto anak presiden saat itu (Soeharto). Namun berkat dukungan kuat Setiawan Djody, kerikil itu tidak terlalu mengganggu dan dapat disingkirkan.
Lagu pada album ini ‘Bento’, ‘Bongkar’, ‘Badut’, ‘Eseks Eseks Udug Udug-Nyanyian Ujung Gang’, ‘Potret’, ‘Bunga Trotoar’, ‘Oh Ya’, ‘Condet’, ‘Perjalanan Waktu’, ‘Cinta’.

Kantata Takwa (1990)
Menyusul sukses album Swami, ambisi Setiawan Djodi dalam musik semakin meluap. Didukung musisi dari Swami ditambah dengan WS.Rendra dan Kelompok Bengkel Teater juga Jocky S., Djodi membentuk band baru lagi yang bernama Kantata Takwa. Vokalis utama tetap Iwan Fals. Album perdana ini dikerjakan lebih gila lagi dari album lainnya, konsep musik yang fenomenal dan megah mengantarkan grup ini menjadi grup papan atas yang tidak ada bandingannya. Album ini benar-benar hebat dan menjadi album paling dicari saat itu. Mungkin kita masih ingat bagaimana ratusan orang sampai harus antri di toko-toko kaset hanya untuk membeli kaset ini. Konsep musik dan seni yang fenomenal ini tidak lepas dari kerjasama yang kompak, Iwan menyanyikan lagu yang liriknya sangat puitis yang sebagian dikerjakan oleh Rendra dengan semangat totalitas yang tinggi, dipadu dengan musik yang jelas bukan kerjaan pemusik kacangan. Konser-konser Kantata yang digelar sampai membludak penontonnya. Airo Records meraup keuntungan yang luar biasa dari proyek ini. Dan lagi-lagi Iwan Fals lah yang memegang peranan utama.
Sampai saat ini album ini belum ada tandingannya dan tidak ada yang bisa menyamai baik dalam lagu maupun liriknya.
Lagu pada album ini adalah ‘Kantata Takwa’, ‘Kesaksian’, ‘Orang Orang Kalah’, ‘Paman Doblang’, ‘Balada Pengangguran’, ‘Nocturno’, ‘Gelisah’, ‘Rajawali’, ‘Air Mata’, ‘Sang Petualang’.

Cikal (1991)
Sukses dengan Swami dan Kantata, Iwan lantas tidak menjadi malas. Dibawah bendera Indo Music Box Iwan meluncurkan album Cikal. Cikal adalah nama putri Iwan yang ke dua. Iwan merasa tidak adil kalau galang putra pertamanya dia buatkan lagu, lantas putri keduanya kenapa tidak. Meskipun terlambat (cikal lahir tahun 80-an), maka cikal dibuatkan album khusus untuknya. Namun jangan dikira album ini isinya puji-pujian kepada anak dengan bahasa yang sederhana, lirik dalam album ini begitu dalam dan berat, kental nuansa seni tingkat tinggi. Pendukung dalam album juga bukan musisi sembarangan, ada Gilang Ramadhan, Cok Rampal, Totok Tewel, Embong Raharjo, Mates dan Mahesa Ibrahim. Musik yang ditampilkan jauh berbeda dengan Kantata atau Swami, aroma flute dan perkusi terasa jelas disini.
Sayang album ini tidak begitu laku dipasaran, mungkin tidak semua orang bisa menerima gaya musik yang ada di album ini. Tetapi sekarang album ini malah menjadi salah satu album yang dicari penggemar Iwan Fals, karena sudah jarang ada di toko kaset.
Lagu-lagunya adalah ‘Intro’, ‘Untuk Yani’, ‘Cikal’, ‘Pulang Kerja’, ‘Alam Malam’, ‘Ada’, ‘Untuk Bram’, ‘Cendrawasih’, ‘Proyek 13’, ‘....’.

SWAMI II (1991)
Setiawan Djodi kembali mengajak Iwan Fals membuat album Swami jilid II. Namun album ini tak seheboh album yang pertama. Penjualannya biasa-biasa saja. Hits nya juga kurang menarik dibawakan oleh Sawung Jabo. Iwan Fals sendiri malah tidak menjadi vokalis utama pada hits yang dipromokan. Ada satu lagu yang agak lumayan yang dinyanyikan Iwan yaitu lagu ‘Nyanyian Jiwa’ dan ‘Kebaya Merah’. Pada cover album, nama Iwan tidak ditampilkan tidak seperti album Swami yang perdana.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Hio’, ‘Kuda Lumping’, ‘Kebaya Merah’, ‘Robot Bernyawa’, ‘Na Na Na Na’, ‘Nyanyian Jiwa’, ‘Sangkala’, ‘Koran’, ‘Rog Rog Asem’.

Belum Ada Judul (1992)
Album ini menjadi salah satu masterpiece dari Iwan Fals, karena proses rekamannya secara live tanpa di edit. Dan Iwan hanya bernyanyi pakai gitar dan Harmonika yang dimainkan sendiri, tanpa musik pengiring tanpa backing vokal. Hits dalam album ini adalah ‘Belum Ada Judul’, lagu yang sederhana namun dalam maknanya. Kesederhanaan Iwan disini tetap menjadi jaminan nilai jual. Dibawah bendera Harpa records, album Iwan tampil dengan polos yang menunjukkan inilah sesungguhnya seorang Iwan Fals.
Lagu-lagunya ‘Belum Ada Judul’, ‘Besar Dan Kecil’, ‘Iya Atau Tidak’, ‘Mereka Ada Dijalan’, ‘Potret’, ‘Di Mata Air Tidak Ada Air Mata’, ‘Ikrar’, ‘Aku Disini’, ‘Mencetak Sawah’, ‘Panggilan Dari Gunung’, ‘Coretan Dinding’.

Hijau (1992)
Disini Iwan dan beberapa musisi seperti Heirrie Buchaery, Jerry Soedianto, Cok Rampal, Bagoes AA, Iwang Noorsaid, Arie Ayunir dan Jalu mencoba membuat konsep musik yang sangat alam dipayungi bendera Pro Sound. Bagi sebagian orang yang mendengar musik ini mungkin mengatakan aneh, tapi inilah seni yang tidak bisa diukur dari sudut pandang manapun. Album ini sekarang menjadi buruan para fans Iwan Fals juga kolektor musik, karena mulai jarang ada di pasaran.
Lagu-lagunya adalah ‘Lagu Satu’, ‘Lagu Dua’, ‘Lagu Tiga’, ‘Lagu Empat’, ‘Lagu Lima’, ‘Lagu Enam’, ‘Hijau’.

Dalbo (1993)
Iwan dan musisi pendukung dalam grup Swami membentuk grup band Dalbo, musiknya sederhana namun berbobot. Sayang penjualan album ini tidak terlalu laku.
Lagu-lagunya adalah ‘Hura Hura Huru Hara’, ‘Kwek Kwek Kwek’, ‘Ini Si Trendy’, ‘Sudrun’, ‘Dunia Binatang’, ‘Hua Ha Ha’, ‘Karena Kau Bunda Kami’, ‘Aku Bosan’, ‘Bidadari Senjakala’, ‘Dalbo’.

Orang Gila (1994)
Bersama Billy J. Budiharjo Iwan membuat album baru yang dari judulnya sudah menarik perhatian. ‘Orang Gila’ menjadi hits yang lumayan laku bersama lagu ‘Awang Awang’ dan ‘Satu Satu’. Pada album ini Iwan seperti agak kehilangan jati dirinya, meskipun suaranya tetap lantang dan berbobot, namun mulai terasa ada yang berubah pada diri Iwan.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Orang Gila’, ‘Awang Awang’, ‘Satu Satu’, ‘Lagu Cinta’, ‘Doa Dalam Sunyi’, ‘Lingkaran Hening’, ‘Puisi Gelap’, ‘Menunggu Ditimbang Malah Muntah’.

Anak Wayang (1994)
Iwan Fals bersama Sawung Jabo meluncurkan album Anak Wayang ini untuk mengisi kekosongan yang ada, Iwan yang mulai gelisah berkarya, dibantu oleh Jabo untuk bangkit. Hasilnya album ini yang sederhana dan berbobot.
Lagu dalam album ini ‘Lingkaran Aku Cinta Padamu’, ‘Dihatimu Aku Berlindung’, ‘Anak Wayang’, ‘Nasib Nyamuk’, ‘Jogja’, ‘Telaga Dan Bencana’.

Terminal (1994)
Single yang dinyanyikan bersama Franky S dan musik oleh Ian Antono. Kabarnya single ini dimunculkan sebagai rasa terima kasih Iwan Fals kepada Franky S yang pernah memberikan lagu Kemesraan untuk dinyanyikan Iwan Fals. Seperti diketahui single Kemesraan menjadi booming setelah dinyanyikan Iwan Fals bersama artis-artis Musica, walaupun sebenarnya lagu ini sudah pernah dibawakan oleh Franky dan Jane juga oleh Iwan Fals bersama Rossana istrinya dan Galang Rambu Anarki (Alm) anaknya tetapi kurang mendapatkan respon pasar. Iwan Fals merasa mempunyai hutang budi sehingga membuat lagu Terminal untuk dinyanyikan bersama Franky S dan musiknya dikerjakan Ian Antono.

Mata Hati (1995)
Single yang musiknya dikerjakan oleh Ian Antono. Dikemas dalam bentuk album yang dipadu dengan lagu-lagu lama Iwan Fals, pada side B diisi lagu dari pendatang baru yang bernama Bobby Eress. Lagu ini sendiri musiknya cukup sederhana namun liriknya sangat mewah, dan pantas menjadi salah satu single terbaik milik Iwan Fals. Penjualannya mungkin tidak sebagus single-single yang lain mungkin dikarenakan hanya ada satu lagu baru dan lagu Iwan fals hanya ada sedikit sisanya lagu milik penyanyi lain.

Orang Pinggiran (1995)
Single yang dinyanyikan bersama Franky S dan musik oleh Ian Antono. Merupakan lanjutan kerjasama mereka setelah meluncurkan single Terminal yang sukses dipasaran. Single Orang Pinggiran juga mendapat respon positif di dunia musik Indonesia. Angka penjualannya termasuk tidak mengecewakan.

Lagu Pemanjat (1996)
Single ini dipesan oleh komunitas penggemar panjat tebing, dipakai sebagai lagu wajib komunitas tersebut. Kecintaan Iwan Fals pada alam dianggap dapat mewakili. Album ini dikemas dalam konsep yang sederhana menggunakan sampul dari kertas daur ulang. Album ini sekarang sangat jarang di jual sehingga menjadi salah satu buruan para fans dan kolektor. Iwan hanya menyanyikan lagu ‘Lagu Pemanjat’ selebihnya dinyanyikan oleh Cok Rampal dan Harry Suliztiarto.
Lagu-lagunya ‘Lagu Pemanjat’, ‘Pada Batu Dalam Diam’, ‘Yang Mana Jalan Ke Situ’, ‘Kudatangkan Tubuhmu’, ‘Lagu Lama Gaungnya Rata’, ‘8,8 mm Dalam Kuasamu’, ‘Iya Memang Kamu’, ‘Cair Lalu Mencari’.

Kantata Samsara (1998)
Melanjutkan sukses Kantata Takwa, Setiawan Djodi kembali mengajak Iwan Fals dan kawan-kawan meluncurkan album Kantata Samsara. Album ini sejenis dengan Kantata Takwa, sama fenomenalnya dan megah. Namun pada setiap konser yang digelar dengan megah dan mewah selalu dikotori dengan ulah oknum yang tidak bertanggung jawab. Pada puncaknya saat konser di Senayan tanggal 6 Juli 1998, konser terpaksa dihentikan karena terjadi kerusuhan besar. Kejadian ini semakin memojokkan citra Iwan Fals yang selalu dianggap biang kerusuhan, Iwan pun membantah, apa alasannya Iwan dituduh penyulut kerusuhan. Dan timbul kabar, memang kerusuhan sengaja ‘dibuat’ karena persaingan dan melibatkan kepentingan politik tertentu.
Lagu dalam album ini adalah ‘Samsara’, ‘Nyanyian Preman’, ‘Pangeran Brengsek’, ‘Anak Zaman’, ‘Lagu Buat Penyaksi’, ‘Panji-Panji Demokrasi’, ‘Asmaragama’, ‘Songsonglah’, ‘Langgam Lawu’, ‘Bunga Matahari’, ‘For Green And Peace’.

Best Of The Best (2000)
Pada album ini Iwan mengaransemen ulang dua buah lagu lamanya yaitu lagu ‘Entah’ dan ‘Kumenanti Seorang Kekasih’. Selebihnya hanya kumpulan lagu-lagu lama. Album ini cukup sukses dipasaran, wajar dirindukan penggemarnya karena cukup lama Iwan tidak tampil setelah anak pertamanya Galang Rambu Anarki meninggal dunia. Dalam album ini Iwan seperti lahir kembali, gaya vokalnya berubah, namun tetap berbobot. Iwan kembali dipayungi bendera Musica.

Suara Hati (2002)
Iwan Fals benar-benar lahir kembali, setelah di album sebelumnya orang bertanya-tanya karena Iwan hanya mengaransemen ulang lagu-lagu lama, pada album ini seluruhnya benar-benar baru. Mulai lagu, vokal, musik, benar-benar fresh.
Album ini menjawab pertanyaan tentang kevakuman Iwan dalam bermusik. Lagu-lagu pada album ini berbobot, namun liriknya lebih dewasa tidak senakal dahulu. Iwan menjadi lebih profesional, karena telah memiliki manajemen pribadi yang digawangi oleh istrinya (Rossana). Iwan mulai rajin menggelar konser baik di TV maupun outdoor, dan rata rata sukses tanpa kerusuhan.
Album ini berisi lagu ‘Kupu Kupu Hitam Putih’, ‘Hadapi Saja’, ‘Suara Hati’, ‘Untukmu Negeri’, ‘Doa’, ‘15 Juli 1996’, ‘Belalang Tua’, ‘Untuk Para Pengabdi’, ‘Seperti Matahari’, ‘Dendam Damai’, ‘Di Ujung Abad’.

In Collaboration With (2003)
Luar biasa, hanya kata itu yang dapat diungkapkan untuk menanggapi album ini. Album ini mendapat triple platinum karena penjualan terbanyak, mendapat penghargaan sebagai album terbaik dan single terbaik. Album ini adalah kolaborasi Iwan dengan musisi muda berbakat seperti Pongky (Jikustik), Eross (Sheila On 7), Harry Roesli, Aziz (Jamrud), Piyu (Padi), Ahmad Dhani (Dewa), Tohpati, Kikan (Coklat), Heirrie Buchaery. Hits ‘Aku Bukan Pilihan’ meledak dipasaran, dan Iwan Fals perlahan dan pasti semakin memantapkan diri sebagai musisi papan atas dan legenda hidup musik Indonesia.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Aku Bukan Pilihan’, ‘Senandung Lirih’, ‘Rinduku’, ‘Hadapi Saja (new version)’, ‘Sesuatu Yang Tertunda’, ‘Sudah Berlalu’, ‘Kupu Kupu Hitam Putih (new version)’, ‘Suara Hati (new version)’, ‘Belalang Tua (new version)’, ‘Ancur’.

Manusia Setengah Dewa (2004)
Hebat, inilah aslinya Iwan Fals. Album ini dikerjakan hanya dengan suara Iwan dan Gitar akustik yang dimainkan sendiri. Jadi teringat album Belum Ada Judul. Lirik lirik nakal dan pedas kembali terdengar disini. Iwan Fals seperti ingin kembali ke masa awal karirnya dahulu, walaupun bahasa yang digunakan lebih ke arah kiasan, namun masih dapat dengan gamblang diterima. Inilah Iwan Fals sebenarnya. Yang menarik dalam album ini adalah, setelah album siap diedarkan, Iwan Fals ternyata baru menyadari bahwa dia lupa memainkan harmonika dalam lagu-lagunya, dan album tetap diedarkan karena sudah tidak mungkin melakukan rekaman ulang. Namun ada sedikit masalah pada peredaran album ini yaitu cover depannya diprotes umat Hindhu karena menampilkan gambar salah satu dewa mereka. Iwan Fals merasa bertanggung jawab, bersama Musica dengan cepat dia menarik peredaran kaset dan mengganti cover depannya.
Lagu dalam album ini adalah ‘Asik Nggak Asik’, ‘Manusia Setengah Dewa’, ‘17 Juli 1996’, ‘Dan Orde Paling Baru’, ‘Buktikan’, ‘16 Juli 1996’, ‘Ngeriku’, ‘Matahari Bulan Dan Bintang’, ‘Desa’, ‘Para Tentara’, ‘Mungkin’, ‘Politik Uang’.

Iwan Fals In Love (2005)
Album ini muncul ahir tahun 2005 tanpa banyak promosi, hanya berisi dua buah lagu baru yaitu ‘Ijinkan Aku Menyayangimu’ karya Rieka Roslan diaransemen oleh Erwin Gutawa dan ‘Selamat Tidur Sayang’ karya Titiek Puspa yang diaransemen oleh Andi Rianto. Selebihnya lagu lama. Single ‘Ijinkan Aku Menyayangimu’ yang sempatr menjadi soundtrack sebuah sinetron sepertinya ingin mengulang sukses single ‘Aku Bukan Pilihan’.

Iwan Fals Dan Indra Lesmana (2006)
Pada pertengahan tahun 2006 Iwan Fals berkolaborasi dengan Indra Lesmana, menampilkan dua buah lagu baru dengan sentuhan musik yang berbeda yaitu lagu Haruskah Pergi dan Selancar. Peredaran lagu ini terkesan terbatas dan ekslusif, yaitu diedarkan oleh Independent Music Portal (Import). Untuk memilikinya dengan cara membeli melalui SMS yang akan dipotong pulsa Rp.5000,- untuk setiap lagu yang didownload dari website Import. Secara keseluruhan dua lagu baru Iwan Fals ini sangat berkualitas dan berbobot baik materi musik, pengerjaannya juga liriknya.

50:50 (2007)
Album dari Iwan Fals sang maestro musik Indonesia yang diluncurkan pada awal bulan April 2007 ini dikemas dengan titel 50:50, dapat diartikan bahwa dari 12 lagu disini 6 buah diciptakan oleh Iwan Fals dan 6 sisanya diciptakan oleh musisi lain seperti Bongky (BIP), Dewiq, Opick, Pongky (Jikustik), Digo, dan Yockie/Remy Soetansyah. Album ini memiliki perpaduan yang seimbang antara lagu bertema cinta dan yang bertema kritik sosial.
Album ini dikemas dengan aransemen musik modern dan berkualitas tinggi yang dikerjakan oleh musisi profesional seperti Bongky, Addie MS, Yockie Suryo Prayogo, Erwin Gutawa, Bagoes A.A dan Andi Bayou.
Tidak menjadi muluk apabila menyatakan album ini layak untuk menjadi koleksi dan dapat disejajarkan dengan karya cipta profesional pemusik Indonesia berkelas lainnya.
Secara keseluruhan lagu-lagu dalam album ini cukup enak untuk dinikmati baik oleh penggemar Iwan Fals maupun masyarakat penikmat musik baik tua maupun muda.

Lagu-lagu dalam album ini adalah: ‘Mabuk Cinta’, ‘Masih Bisa Cinta’, ‘Yang Tercinta’, ‘Tak Pernah Terbayangkan’, ‘Apakah Aku Benar - Benar Memiliki Kamu’, ‘Rubah’, ‘KaSaCiMa’, ‘Pulanglah’, ‘Ini Bukan Mimpi’, ‘Ikan-Ikan’, ‘Negara’, ‘Cemburu’.